Pedoman Hidup Sunan Kalijaga

Pedoman Hidup Sunan Kalijaga
Suro Diro Jayaningrat, Lebur Dening Pangastuti*
Sunan Kalijaga diperkirakan lahir pada tahun 1450, terlahir sebagai putra adipati Tuban yang bernama Tumenggung Wilatikta atau Raden Sahur, beliau punya nama lahir Raden Said. Pada perjalanan hidupnya beliau juga punya beberapa nama/julukan antara lain Syekh Malaya, Lokajaya, Pangeran Tuban, juga Raden Abdurrahman. Berdasarkan catatan masyarakat Jawa Barat, nama Kalijaga sendiri berasal dari Desa Kalijaga di Cirebon. Saat Sunan Kalijaga berdiam di sana, dia sering berendam di sungai (kali), atau jaga kali.

Sedangkan pada kisah lain, disebutkan bahwa asal kata Kalijaga adalah saat beliau memohon untuk berguru pada Sunan Bonang, Sunan Bonang memberikan syarat kepadanya untuk menjaga tongkat yang ditancapkan Sunan Bonang di tepi sungai, Raden Said duduk bersila di samping tongkat itu sampai 3 tahun lamanya hingga Sunan Bonang kembali lalu mengangkatnya sebagai murid.

Sunan Kalijaga dikenal sebagai penyebar agam Islam yang menggunakan metode dakwah lewat jalur kebudayaan, hal itu dilakukannya untuk mengakomodir masyarakat Jawa kebanyakan yang masih lekat dengan tradisi keyakinannya terdahulu. Dengan metode sufistik berbasis salaf, Sunan Kalijaga banyak mengajarkan nilai-nilai hidup pada masyarakat.**

Berikut 10 pedoman hidup dari Sunan Kalijaga, disarikan dari berbagai sumber:

1. Urip Iku Urup
Hidup itu nyala, hidup itu hendaknya memberi manfaat bagi orang lain disekitar kita, semakin besar manfaat yang bisa kita berikan tentu akan lebih baik.

2. Memayu Hayuning Bawono, Ambrasto dur Hangkoro
Manusia hidup di dunia harus mengusahakan keselamatan, kebahagiaan dan kesejahteraan; serta memberantas sifat angkara murka, serakah dan tamak.

3. Suro Diro Joyo Jayaningrat, Lebur Dening Pangastuti
Segala sifat keras hati, picik, angkara murka, hanya bisa dikalahkan dengan sikap bijak, lembut hati dan sabar.

4. Ngluruk Tanpo Bolo, Menang Tanpo Ngasorake, Sekti Tanpo Aji-Aji, Sugih Tanpa Bondho
Berjuang tanpa perlu membawa massa; menang tanpa merendahkan atau mempermalukan; berwibawa tanpa mengandalkan kekuatan; kaya tanpa didasari kebendaan.

5. Datan Serik Lamun Ketaman, Datan Susah Lamun Kelangan
Jangan gampang sakit hati manakala musibah menimpa diri; jangan sedih manakala kehilangan sesuatu.

6. Ojo Gumunan, Ojo Getunan, ojo Kagetan, ojo Aleman
Jangan mudah terheran-heran; jangan mudah menyesal; jangan mudah terkejut-kejut; jangan mudah kolokan atau manja.

7. Ojo Ketungkul Marang Kalungguhan, Kadonyan lan Kemareman
Janganlah terobsesi atau terkungkung oleh keinginan untuk memperoleh kedudukan, kebendaan dan kepuasan duniawi.

8. Ojo Kuminter Mundak Keblinger, ojo Cidra Mundak Cilaka
Jangan merasa paling pandai agar tidak salah arah; jangan suka berbuat curang agar tidak celaka.

9. Ojo Milik Barang Kang Melok, Aja Mangro Mundak Kendo
Jangan tergiur oleh hal-hal yang tampak mewah, cantik, indah; jangan berfikir mendua agar tidak kendor niat dan kendor semangat.

10. Ojo Adigang, Adigung, Adiguno
Jangan sok kuasa, sok besar, sok sakti.

Selain Sunan Kalijaga, banyak lagi ajaran hidup yang disebarkan oleh para penyebar agama Islam di Nusantara, mereka tak hanya menyebarkan kaidah-kaidah Islam tapi juga nilai yang kemudian dianut diterapkan dalam kehidupan masyarakat di Nusantara.

Ir. Didik Supriyanto
Ketua PUSPIN Jawa Timur.

*) Foto: Goa Kiskenda (Gesang Learning Center)
**) Disarikan dari berbagai sumber