|  | 
| Logo Majelis Ulama Indonesia (MUI). | 
Pengaruhnya Indische Partij (1912) yang didirikan di Bandung oleh Douwes Dekker Setiaboedi berubah menjadi National Indische Partij (1919). Kemudian Bung Karno menantu Oemar Said Tjokroaminoto, sebelas tahun kemudian mendirikan di Bandung Perserikatan Nasional Indonesia (1927). Politik penulisan sejarah masa Orde Lama, PNI dinilai sebagai pelopor pertama pengguna istilah nasional. Ini jelas de-Islamisasi, meniadakan Islam.
Kondisi nasional sesudah Perang Dunia I (1914-1919), kalangan ulamanya terprovokasi oleh pemerintah Kolonial Belanda, terjebak dengan masalah furu'iyah. Masalah tuntutan Indonesia merdeka atau self government menjadi terbelokkan dalam adu kebenaran fikiyah.
Hadji Agoes Salim membangun kesadaran kesatuan kejuangan ulama dalam satu wahana Majlis Oelama Indonesia. Upayanya berhasil sebagai keputusan Kongres Partai Sjarikat Islam di Kediri, 27-30 September 1928. Sebulan sebelum Kongres Pemuda Oktober 1928.
Penggunaan istilah INDONESIA, juga dipelopori pula oleh Sjarikat Islam. Semula istilah ini dipopulerkan oleh Bastian dari Earl dan Logan, di kalangan sarjana Belanda. Saat itu Dr. Soekiman Wirjosandjoyo sebagai pimpinan Indische Vereniging di Belanda diubahnya menjadi Perhimpunan Indonesia.
Sepulangnya ke tanah air, Sjarikat Islam sudah berubah jadi Partai Sjarikat Islam (1923) Dr. Soekiman bergabung di dalamnya. Dr. Soekiman bergabung ke Partai Sjarikat Islam dan diubahnya menjadi Partai Sjarikat Islam Indonesia.
Dari sinilah menurut AK. Pringgodigdo dalam Sedjarah Pergerakan Rakjat Indonesia (1960) dinyatakan Kongres Sjarikat Islam di Kediri (1928) memutuskan didirikannya Madjelis Ulama Indonesia (MUI). Jadi pada September 1928 Majlis Oelama pun sudah menggunakan pula istilah INDONESIA. Tapi dituliskannya bukan oleh Sjarikat Islam atau Majlis Oelama Indonesia. Melainkan oleh Kongres Pemuda Oktober 1928. De-Islamisasi penulisan Sejarah Indonesia.
Pada masa Orde Baru, Dr. Khez Muttaqien menyusul mendirikan MUI di Bandung. Sedangkan pusatnya baru menyusul kemudian di Jakarta dipimpin oleh Prof. DR. H. Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA).
Penulisan sejarah MUI yang sekarang pun melupakan yang paling pertama pendiri Majlis Oelama Indonesia (MOI) adalah Hadji Agoes Salim dari Sjarikat Islam pada 30 September 1928.
Ahmad Mansur Suryanegara
Sejarawan Muslim; Penulis Buku "Api Sejarah".

ConversionConversion EmoticonEmoticon