HOS Tjokroaminoto: Islam dan Nasionalisme (2)

HOS Tjokroaminoto: Islam dan Nasionalisme (2)
Jang Oetama: Jejak dan Perjuangan HOS Tjokroaminoto (Galang Pustaka)
SEBELUMNYA > HOS Tjokroaminoto: Islam dan Nasionalisme (1)

NASIONALISME DALAM ISLAM

Apabila patriotisme (adalah sumber dari kelahiran nasionalisme) merupakan sifat mencintai negeri dan tanah tumpah darah kita, maka Nabi kita Muhammad SAW itulah Patriot dan Nasionalis terbesar yang pernah ada di antara umat manusia. Bukti-bukti mengenai jiwa Patriotisme dan Nasionalisme telah jelas, dan apabila diperlukan, nanti akan dijelaskan dan diuraikan lebih jauh dalam bentuk tulisan yang lebih panjang.

Sesungguhnyalah nasionalisme, apalagi patriotisme, adalah suatu perasaan yang sangat mulia dalam pandangan Islam, sebagaimana diushwahkan oleh Nabi Yang Suci kepada kita. Akan tetapi Nasionalisme dan Patriotisme kita tidak boleh menjadi sebab bencinya serta saling bermusuhan antara satu bangsa dengan bangsa lainnya, karena yang satu hendak menaklukkan atau merusak hak-hak bangsa lainnya, tidak boleh menjadi rintangan jalan menuju cita-cita Monotheisme-Monohumanisme (Persatuan yang dilandasi pada Allah Yang Esa dan Kesatuan Umat Manusia), sebagai yang dikehendaki dalam Islam dan mencegah umat Islam dalam kemusyrikan. Patriotisme dan Nasionalisme adalah tanda-tanda hidupnya suatu umat, sedang Kemerdekaan Nasional wajib kita capai sebagai salah satu syarat menjalankan Islam dalam seluruh aspek kehidupan dan penghidupan. Lagi pula, apabila kita tidak memiliki kemerdekaan nasional, kita tidak akan memiliki daya dan upaya mencapai cita-cita: Kesatuan Umat Manusia

Islam bukan hanya suatu aturan yang mengatur hubungan antara manusia dengan Allah, tetapi juga merupakan suatu aturan yang lengkap tentang hubungan manusia dengan manusia lainnya, suatu organisasi sosial, bentuk bangunan keadaban, dan suatu “kebangsaan” yang lebih luas daripada paham kebangsaan yang biasa itu… Islam itulah cita-cita kita yang tertinggi, sedang Nasionalisme dan Patriotisme itu adalah sebagai tanda-tanda hidup kita agar sanggup melaksanakan Islam dengan seluas-luas serta sepenuh-penuhnya.

Pertama-tama kita adalah seorang Muslim, dan dalam ke-Musliman itulah Jiwa Nasionalis dan Patriot untuk berjuang menuju kemerdekaan negeri tumpah darah kita, tidak hanya dalam perkataan hebat di vergardering saja, tetapi pada tiap-tiap saat bersedia pula kita mengorbankan segala apa yang ada pada diri kita untuk mencapai Kemerdekaan Tumpah Darah kita. Dan, sebagai seorang Muslim menjadi anggota suatu partai seperti yang dikehendaki Allah Ta’ala, yaitu partai yang mengedepankan pada kebaikan serta kebenaran dan mencegah pada yang munkar (ummatun yad’uuna ilalkhairi waya’muruuna bil ma’rufi wa yanhauna ‘anilmunkar). Begitulah sifat partai dimana kita telah menjadi anggota sejak kelahirannya hingga saat ini, yaitu Partai Sarekat Islam Indonesia.

Hadji Oemar Said Tjokroaminoto
Disadur dari koran Fadjar Asia 14 Dzulhijah 1347 – Jum’at 24 Mei 1929 oleh Dr. Aji Dedi Mulawarman (Kang Aji). Tulisan ini telah disesuaikan, Insya Allah tanpa merubah makna dan substansi isi dengan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) menurut Bahasa Indonesia yang baik dan benar.