METROTVNEWS.COM, Jakarta - Sejarawan Anhar Gonggong mengamini bila perpecahan suatu kelompok marak terjadi di Indonesia. Hal itu dinilai lantaran perebutan kekuasaan yang melupakan etika.
"Tolong jangan terobsesi mendapatkan kekuasaan tanpa etika. Rebut kekuasaan karena tidak ada kekuasaan yang tidak direbut, tapi harus berdasarkan etika," kata Anhar Gonggong dalam sebuah diskusi yang bertajuk 110 Tahun Kebangkitan Nasional di Monumen Tugu Proklamasi, Jakarta Pusat, Jumat (16/10/2015) malam.
Anhar menyoroti perpecahan sejumlah kelompok tertentu. Dia mencontohkan perpecahan Partai Persatuan Pembangunan yang terbelah antara kubu Romahurmuziy dan kubu Djan Faridz dan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) MPO dan HMI DIPO.
"Sampai kapan mau pecah begini? Apa yang menjadi persoalan mendasar? Padahal mengaku berdasarkan Islam, berakidah Islam, tapi tidak bersatu. Saya menduga semua ini terkait perebutan kekuasaan," ujar dia dalam diskusi yang dihelat Yayasan Rumah Peneleh, PB HMI dan Serikat Dagang Islam.
Menurut Anhar, sebenarnya sesama anak bangsa di segala aspek dan segala ruang waktu, berpotensi memunculkan perseteruan satu sama lain. Namun hal tersebut dapat dihindari dengan menghayati sejarah pejuang kemerdekaan ini. Artinya diperlukan kerja sama dan sinergi satu sama lain untuk membantu mewujudkan cita-cita bangsa.
"Indonesia adalah negara yang dikehendaki bersama. Kerja sama orang yang seide melahirkan Indonesia. Soekarno dari suku Jawa dan Mohammad Hatta dari Suku Minang. Kalau Soekarno sendiri (yang berjuang) enggak akan berdiri Indonesia. Kalau Hatta sendiri, juga tidak akan berdiri Indonesia," ungkap dia.
Dengan demikian, Anhar mengimbau agar persatuan dan kesatuan dapat dijaga dengan baik. Bangsa harus berkolaborasi bersama dengan dimulai dari creative minority yang banyak tersebar untuk masa depan bangsa.
"Saya selalu mengajak untuk sadar akan kenyataan. Kenyataan diri kita yang beragam dan segala aspek. Kita bisa berkelahi setiap hari. Apa yang terjadi di Aceh Singkil, itu contoh kecil. Itu bisa kita hindari dengan melihat sejarah," pungkas dia. (ogi)
"Tolong jangan terobsesi mendapatkan kekuasaan tanpa etika. Rebut kekuasaan karena tidak ada kekuasaan yang tidak direbut, tapi harus berdasarkan etika," kata Anhar Gonggong dalam sebuah diskusi yang bertajuk 110 Tahun Kebangkitan Nasional di Monumen Tugu Proklamasi, Jakarta Pusat, Jumat (16/10/2015) malam.
Anhar menyoroti perpecahan sejumlah kelompok tertentu. Dia mencontohkan perpecahan Partai Persatuan Pembangunan yang terbelah antara kubu Romahurmuziy dan kubu Djan Faridz dan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) MPO dan HMI DIPO.
"Sampai kapan mau pecah begini? Apa yang menjadi persoalan mendasar? Padahal mengaku berdasarkan Islam, berakidah Islam, tapi tidak bersatu. Saya menduga semua ini terkait perebutan kekuasaan," ujar dia dalam diskusi yang dihelat Yayasan Rumah Peneleh, PB HMI dan Serikat Dagang Islam.
Menurut Anhar, sebenarnya sesama anak bangsa di segala aspek dan segala ruang waktu, berpotensi memunculkan perseteruan satu sama lain. Namun hal tersebut dapat dihindari dengan menghayati sejarah pejuang kemerdekaan ini. Artinya diperlukan kerja sama dan sinergi satu sama lain untuk membantu mewujudkan cita-cita bangsa.
"Indonesia adalah negara yang dikehendaki bersama. Kerja sama orang yang seide melahirkan Indonesia. Soekarno dari suku Jawa dan Mohammad Hatta dari Suku Minang. Kalau Soekarno sendiri (yang berjuang) enggak akan berdiri Indonesia. Kalau Hatta sendiri, juga tidak akan berdiri Indonesia," ungkap dia.
Dengan demikian, Anhar mengimbau agar persatuan dan kesatuan dapat dijaga dengan baik. Bangsa harus berkolaborasi bersama dengan dimulai dari creative minority yang banyak tersebar untuk masa depan bangsa.
"Saya selalu mengajak untuk sadar akan kenyataan. Kenyataan diri kita yang beragam dan segala aspek. Kita bisa berkelahi setiap hari. Apa yang terjadi di Aceh Singkil, itu contoh kecil. Itu bisa kita hindari dengan melihat sejarah," pungkas dia. (ogi)

 
ConversionConversion EmoticonEmoticon