JANG OETAMA: Situbondo 12 September 2015

JANG OETAMA: Situbondo 12 September 2015

RUMAH PENELEH, Situbondo - Kali ini giliran Situbondo, Jawa Timur menggelar Diskusi Buku Jang Oetama: Jejak dan Perjuangan HOS Tjokroaminoto. Menariknya titik perjuangan di Situbondo ini bersamaan dengan Deklarasi Aksi #PagarNusantara yang juga bagian Program Rumah Pangan dari Yayasan Rumah Peneleh. Beberapa aktivis Rumah Peneleh Jawa Timur juga datang menghadiri acara yang digelar di Bumi Sholawat Nariyah ini.

Aksi #PagarNusantara menyerukan kepada para pemerhati lingkungan untuk menanam pohon kelapa sebanyak mungkin di sekitar lingkungannya. Aksi simbolis membuka dimulainya Gerakan Pagar Nusantara di Situbondo (12/09) diadakan di Pantai Patek Situbondo. Yoyok Budi Santoso, SP. dari Perhimpunan Sarjana Pertanian Indonesia (PISPI) sekaligus Aktivis Rumah Peneleh menyatakan bahwa aksi bersama ini sebagai salah satu langkah mendukung elemen ketahanan pangan di Nusantara, Yoyok juga yang mencetuskan ide Aksi #PagarNusantara ini. Aksi di Pantai Patek juga didukung oleh seorang pengusaha yang juga eks-Anggota DPRD Kab. Situbondo Bapak Imam.

Aksi Pagar Nusantara sekaligus merupakan aksi keprihatinan terhadap semakin maraknya eksplorasi lahan secara besar-besaran di berbagai daerah di Indonesia untuk sawit, beberapa pembukaan lahan untuk persiapan kebun sawit bahkan sampai harus mengorbankan hutan. Para kapitalis perambah hutan seringkali membakar hutan untuk menyiapkan lahan baru hingga menimbulkan kabut asap tebal di berbagai daerah. Kita juga bisa mendukung aksi ini dengan menandatangani petisi online yang bisa dikunjungi di https://www.change.org/p/pemuda-nusantara-tanam-1-milyar-pohon-kelapa

Pada malam harinya, Diskusi Buku Jang Oetama diadakan di Lesehan Az-Zaitun Situbondo, acara dibuka Anggoro selaku Koordinator Rumah Peneleh Jawa Timur. Acara diskusi sederhana ini juga mengundang Wahyu Kurniawan dari Dewan Kesenian Situbondo sebagai pembicara. Di awal diskusi Wahyu memberi pernyataan kritis bahwa setting by design di negara ini menjadikan kita konsumen pasif yang hanya terseret arus global, karena itu bedah buku dan pemikiran kebangsaan seperti ini sangat penting untuk mereduksi hal seperti itu, sekaligus mengingatkan kembali identitas negeri ini.

Dalam kesempatan tersebut Dr. Aji Dedi Mulawarman (Kang Aji) menyerukan generasi Situbondo untuk tidak terjebak pada pola Politik Praktis pada Pilkada Situbondo 2015 yang tengah memasuki masa kampanye. Generasi muda harus bertanya pada hati nuraninya dan memilih berlandaskan moralitas pada Pilkada Situbondo.

Masih tentang 'Perang Politik' menurut Kang Aji, wajah perpecahan umat Islam akhir-akhir ini adalah refleksi tahun 1926, dimana saat itu Syarikat Islam dipecah antara komunis dan agamis akibat politik adu domba Belanda. Kang Aji juga mengatakan bahwa subyektifitas penulis pada tiap penulisan sejarah hampir selalu ada, bahkan pembiasan sejarah oleh rezim yang berkuasa. Sehingga menimbulkan stigma di masyarakat bahwa sosialisme selalu diidentikkan dengan komunisme, dan selalu dibenturkan dengan Islam, padahal sosialisme bukanlah komunisme. Beliau juga mengkritik metodologi sejarah ala barat yang lebih mengutamakan aspek materiil mengesampingkan aspek non-materiil seperti sosio-kultural. (Baca juga: Saya Menolak Positivisme)

Persatuan umat adalah tujuan utama sekaligus orientasi perjuangan HOS Tjokroaminoto, karena orientasi akan menentukan pola gerak perjuangan itu sendiri. Karena itu kita perlu membuat penyadaran bahwa ada yang salah di negeri ini.

Menyinggung dunia pendidikan sekaligus sindiran tentang biaya sekolah yang relatif mahal, menurut Kang Aji disebabkan karena kurikulum pendidikan di negeri kita tanpa sadar lebih mengarahkan anak bangsa agar menjadi konsumen aktif, bukan membangun kemandirian, tak heran jika institusi pendidikan seolah hanya menjadi lembaga penerbit ijazah yang hanya mencetak lulusan bersertifikat tapi kurang berintegritas. Di sisi lain beliau juga mengetuk, "Masihkah ada saudagar kaya di negeri ini yang ketika melihat pendidikan semakin mahal lalu bergerak bikin sekolah murah?"

Sebelum akhir diskusi Wahyu Kurniawan mengatakan sangat prihatin generasi muda seolah hanya tahu nama pahlawan di nama jalan, bukan untuk mengenal lebih dalam pemikirannya. Sedangkan Kang Aji menyerukan pada generasi muda khususnya di Situbondo untuk sadarkan diri dulu, niatkan diri bersatu untuk beraksi wujudkan Islam rahmatan lil alamin. Jangan pernah menyerah pada keadaan, atau pada tulisan, berpikir lalu bergeraklah.

Acara ditutup Koordinator Rumah Peneleh Situbondo Zainul Yakin, lalu seluruh yang hadir bersama menandatangani Komitmen Pemuda Sadar Kebangkitan. (dna)


Kunci untuk merubah negeri ini adalah terus bergerak dan membuat perubahan yang berpihak, jadilah pribadi berkarakter. Karena sudah saatnya Indonesia membuat sejarah untuk peradaban masa depan dunia, bukan hanya terseret arus. Dan pemuda adalah garda terdepan untuk perubahan.
Kang Aji