Kontekstualisasi Sosialisme ala Tjokroaminoto

Kontekstualisasi Sosialisme ala Tjokroaminoto
Penulis Buku Dr. Aji Dedi Mulawarman (kiri) saat pelucuran buku Jang Oetama: Jejak dan Perjuangan HOS Tjokroaminoto. Foto: MI/Mohamad Irfan.
Konsep sosialisme yang muncul pada abad ke 19 berdampak besar terhadap perkembangan pemikiran di Indonesia. Di tangan Sang Guru Bangsa, Haji Oemar Said Tjokroaminoto, sosialisme ini dikontekstualisasikan dengan keadaan masyarakat di Indonesia kala itu.

Sosok Tjokro dapat diibaratkan mirip filsuf asal Prancis, Saint Simon. Saint Simon menurunkan dua pemikiran besar dalam keilmuan Barat, yaitu Positif dan Kritis. Sedangkan Tjokro menurunkan tiga pemikiran besar politik di Indonesia yang saling bertentangan, yaitu Islam, Nasionalis dan Komunis.

Kiprah Tjokro dalam memimpin politik nasional di bawah Sarekat Islam memang diilhami oleh pemikiran tentang kapitalisme dan sosialisme yang digagas Karl Marx. Namun, Tjokro tidak menelan mentah-mentah gagasan itu untuk diterapkan di negerinya sendiri, Indonesia.

Pria yang lahir pada 16 Agustus 1882 itu mengkaji secara kritis pemikiran sosialisme barat supaya relevan diterapkan di masyarakat. Maka dari itu, dia menjembataninya dengan pemikiran Islam, dan menjadikannya sebagai pusat referensi.

“Berdasarkan pemikiran mendalam itulah kemudian beliau menuliskan buku fenomenalnya pada tahun 1924, yang berjudul Islam dan Sosialisme,” kata Aji Dedi Mulawarman, penulis buku Jang Oetama: Jejak dan Perjuangan HOS Tjokroaminoto, beberapa waktu lalu di Jakarta.

Alasan Tjokro menulis buku itu, Dedi melanjutkan, adalah untuk mendekatkan pandangan Islam dengan realitas Indonesia sebelum kemerdekaan. Beberapa pokok pemikiran dalam buku tersebut menjelaskan tentang konsep ekonomi dan sosialisme Islam.

Menurut Tjokro, semua model sosialisme yang pernah ada tidak dapat berdampingan dengan Islam. Hal ini dikarenakan konsep tersebut memiliki orientasi pada aspek materialisme. Sedangkan Islam, agama yang mencampurkan masalah lahir dengan batin. Bahkan hanya Islam yang memberikan pedoman dalam perkara pergaulan, politik, pemerintahan, hukum dan perdagangan.

Tjokro telah mengadopsi sosialisme barat sebagai salah satu tulang punggung pemikirannya. Di sisi lain, dia juga menolak materialisme yang menjadi prinsip dasar sosialisme. Sikap penolakan Tjokro itu menempatkan pria bernama kecil Oemar Said ini sebagai pemikir Indonesia paling awal dalam proses Islamisasi ilmu.

Metrotvnews.com